Opini

Bunuh Diri: Kurang Ibadah atau Kurang Bersyukur?

Opini
Kontributor Fact-Meter
29 December 2023
cover
Sumber image: Kamboja

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi Fact-Meter.com

Berita duka terbaru datang dari aktor Parasite, Lee Sun Kyun, dikabarkan meninggal yang diduga akibat bunuh diri pada Rabu (27/12/23). Jasad pria usia 48 tahun ini ditemukan didalam sebuah mobil yang berisi briket arang terparkir di wilayah Waryoung Park, Seoul, Korea Selatan (s.id/LeeSunKyun).

Dalam industri hiburan Korea yang dikenal super ketat dan serba sempurna, sudah terdapat beberapa kasus bunuh diri yang menimpa selebriti terkenal, diantaranya ada Sulli dari girlband f(x), Moonbin dari boyband ASTRO, Jonghyun dari boyband SHINee. Bahkan dokumenter terakhir Sulli bertajuk “Persona: Sulli” ditayangkan di Netflix setelah 4 tahun kematiannya dan mendapat banyak atensi publik internasional. 

Di Indonesia sendiri, salah satu kasus bunuh diri yang mendapat banyak perhatian adalah ketika Novi Amelia, seorang artis dan model majalah dewasa, melompat dari lantai 8 Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan pada Rabu (16/2/2022) (s.id/KasusAmelia).

Tidak hanya menimpa artis dan selebriti di dunia hiburan, beberapa contoh kasus bunuh diri yang menggemparkan adalah kematian Kate Spade, seorang desainer yang fashion brand nya masih bertebaran di pusat perbelanjaan seluruh dunia, hingga kematian Coco Lee, penyanyi OST film Mulan berjudul “Reflection” yang masih menjadi soundtrack Disney Princess terbaik saat ini.

Setelah selebritas dan tokoh yang disayangi dunia ini pergi, karya dan suara mereka masih didengar dan digunakan hingga saat ini. 

Kita sebagai orang luar tidak bisa menilai dan menghakimi keputusan yang diambil orang lain. Jika kita melihat sekilas, mereka sudah punya segalanya-cantik, karir cemerlang, aset berlimpah, terkenal, dicintai banyak orang-itu impian semua orang, kan? Namun apa yang mendasari keputusan ekstrem mereka untuk membunuh diri mereka sendiri dan melawan garis takdir?

Ketika mereka mengalami kesedihan dan tersiksa dengan keadaan sendiri, ketika mereka merasakan kejahatan dunia, akhirnya mereka melakukan kejahatan pada dirinya sendiri.

Apa mereka kehilangan atau kekurangan sesuatu yang tak tertahankan? Jika kita melihat ajaran anak-anak di Indonesia yang beragama: ketika kita bersedih, carilah Tuhan, beribadah dan berdoalah. Namun apa yang terjadi jika setelah bersempuh, kesedihan itu tidak hilang? Dimana kita pun tahu, tidak semua doa keras yang kita panjatkan akan terkabul, dan tidak semua usaha keras akan membuahkan hasil manis.

Seseorang yang sukses berkarir belum tentu bahagia, seseorang yang dikagumi publik dunia belum tentu merasa dicintai, apakah pencapaian dunia bisa mengukur kebahagian yang dirasakan? Perasaan dan pikiran seseorang tidak bisa diukur dari apa yang terlihat di media, kadang kita rakyat jelata pun hanya menampilkan apa yang ingin ditampilkan di media sosial, kerap menutupi perasaan dan kesedihan untuk kita sendiri.

Ketika seseorang mengambil hidupnya sendiri, tidak perlu bertanya kenapa atau apa yang kurang, apakah kurang ibadah atau kurang bersyukur: mereka lelah bertanya dan ingin mengakhiri semuanya. Kita sebagai orang luar, yang tidak mengenal personal mereka, hanya bisa berduka dan merengkuh yang terluka. 

Jika kamu, pembaca setia kami, merasakan kesedihan dan keinginan yang sama, silahkan kunjungi situs https://www.intothelightid.org atau menghubungi hotline telepon & WhatsApp dari LISA Suicide Prevention Helpline (Love Inside Suicide Awareness) di nomor +628113855472.

Carilah bantuan dan bertahanlah. Saat dunia ini tidak mencintaimu, cintailah dirimu sendiri.