
Wawancara Budi Arie (sumber: antaranews.com)
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi memantik perhatian publik lewat pernyataannya dalam kongres tahunan relawan Projo, Minggu, 2 Oktober 2025. Ia menegaskan bahwa nama “Projo” bukan singkatan dari “Pro-Jokowi”, melainkan berasal dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kawi yang berarti “negeri” atau “rakyat”. Pernyataan itu muncul bersamaan dengan keputusan organisasi untuk mengganti logo yang selama ini menampilkan siluet wajah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Konteks Klaim
Projo lama dikenal publik dengan label “Pro-Jokowi”. Tujuan organisasi tersebut memang untuk menghimpun barisan relawan pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019.
Namun, belakangan organisasi ini mengumumkan transformasi identitas. Termasuk rencana perubahan logo dan penegasan kembali bahwa nama “Projo” bukan akronim yang berhubungan dengan nama Jokowi.
“Projo itu artinya negeri dan rakyat. Jadi Projo itu sendiri artinya adalah negeri dalam bahasa Sansekerta, dan dalam bahasa Jawa Kawi itu artinya rakyat,” terang Budi Arie kepada awak media seusai kongres Projo di Jakarta.
“Projo. Memang enggak ada (kepanjangannya). Cuman teman-teman media kan ya Projo, Pro Jokowi, itu kan karena gampang dilafalkan saja,” imbuhnya.

Logo Projo (sumber: wikipedia)
Penegasan Budi Arie itu dilatarbelakangi isu bahwa kehadiran siluet Jokowi dalam logo Projo dinilai memunculkan kesan personalisasi atau kultus relawan. Sehingga perubahan identitas dianggap langkah menuju orientasi baru organisasi yang lebih lebar dari sekadar pendukung seorang tokoh.
Penelusuran Fakta
A. Kamus Bahasa Indonesia – Sansekerta

Terjemahan kata Praja (tangkapan layar kamus bahasa Indonesia – sansekerta)
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia–Sansakerta karya Dr. Purwadi, M.Hum. dan Eko Priyo Purnomo, S.IP. (2008), tidak ditemukan lema “projo” secara literal dalam bahasa Sanskerta.
Kata yang paling mendekati secara fonetik maupun makna adalah praja, yang berarti pemerintahan, kerajaan, atau istana. Dalam konteks politik klasik India, praja juga dapat berarti rakyat atau warga kerajaan.
Namun demikian, tidak ada catatan dalam kamus tersebut yang menyebut bentuk turunan atau pelafalan “projo” sebagai varian dari “praja”.
B. Kamus Bahasa Indonesia – Jawa Kuno

Terjemahan kata negara dan negeri (tangkapan layar Kamus Bahasa Indonesia – Jawa Kuno)
Penelusuran pada Repositori Bahasa Indonesia–Jawa Kuno milik Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) juga tidak menemukan lema “projo” secara eksplisit.

Terjemahan kata rakyat (tangkapan layar kamus Bahasa Indonesia – Jawa Kuno)
Terjemahan kata negara atau negeri dalam bahasa Kawi tidak menggunakan diksi “projo”, dan padanan untuk kata rakyatyang paling mendekati adalah prajana.
Artinya, secara etimologis, “projo” belum teridentifikasi sebagai kosakata baku baik dalam bahasa Sanskerta maupun dalam bahasa Jawa Kuno.
C. Kemungkinan Varian Pelafalan “Praja” Masih Perlu Kajian
Belum ada informasi yang pasti apakah istilah “projo” merupakan bentuk pelafalan masyarakat terhadap kata “praja”.

Penjelasan Praja Cihna sebagai Lambang Keraton Jogja (tangkapan layar pada website https://sonobudoyo.jogjaprov.go.id/)
Berbagai catatan klasik menyebut kata praja tetap ditulis dan dilafalkan sebagai praja, bukan projo. Misalnya, Museum Sonobudoyo Yogyakarta dalam publikasinya tentang lambang Keraton Yogyakarta menjelaskan istilah Praja Cihna, yang berasal dari bahasa Sanskerta. “Praja” berarti abdi negara, sedangkan “Cihna” berarti sifat sejati.
Kata “praja” juga digunakan dalam istilah Praja Muda Karana (Pramuka), yang berarti “orang muda yang suka berkarya.”
Meskipun ditemukan nama Desa Toto Projo di Kabupaten Lampung Timur, hasil penelusuran terhadap laman resmi desa tersebut tidak menunjukkan penjelasan etimologis apakah kata “Projo” diambil dari pelafalan “Praja” atau memiliki arti tersendiri.
D. Pandangan Akademisi
Dalam pemberitaan Kompas.com Selasa, 4 November 2025, Imam Sutarjo, dosen Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), menjelaskan bahwa “projo” memang berasal dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kawi yang berarti “negeri” dan “rakyat.”
Namun, hingga kini belum ada literatur linguistik baku yang mencatat secara eksplisit keberadaan kata “projo” dalam kedua bahasa tersebut.
Dengan demikian, pernyataan tersebut masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah “projo” merupakan bentuk fonetik populer dari “praja” atau hasil adaptasi budaya Jawa modern.
Kesimpulan
Klaim Budi Arie terhadap istilah “Projo” berarti negeri atau rakyat dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi tidak sepenuhnya didukung oleh bukti linguistik yang kuat. Dengan demikian, dalam ukuran Fact-meter, klaim Budi Arie dapat dikategorikan “Separuh Cahaya” atau benar tapi tidak lengkap.
Makna yang disampaikan memang sejalan dengan arti praja sebagai rakyat atau negeri. Namun, secara linguistik, kata “projo” tidak tercatat dalam sumber-sumber utama bahasa Sanskerta maupun Kawi.
Keterangan tambahan dari ahli bahasa dan lembaga kebahasaan masih diperlukan untuk memastikan apakah “Projo” merupakan adaptasi fonetik populer atau bentuk interpretasi modern yang bersifat simbolik. (*)

