
Akhir-akhir ini, berita mengenai rekor terbaru Indonesia di kancah internasional telah mencapai tanah air, yaitu bagaimana Jakarta telah dinobatkan menjadi kota terbesar di dunia, menggeser kota Tokyo di Jepang yang memegang rekor sebelumnya. Hal ini memicu perdebatan dan diskusi mengenai urbanisasi dan pertumbuhan populasi Indonesia.

Jakarta Geser Tokyo Sebagai Kota Terbesar di Dunia (sumber: facebook.com)
Konteks Klaim
Pada 18 November 2025, PBB mempublikasikan World Urbanization Report 2025 yang melaporkan pertumbuhan kota dan urbanisasi yang terjadi di seluruh dunia. Salah satu sorotan dari laporan tersebut adalah bagaimana Jakarta telah menggeser Tokyo sebagai kota terbesar di dunia, yang diikuti dengan Dhaka pada posisi kedua. Hal ini merupakan kenaikan yang sangat pesat, karena pada terakhir kalinya PBB melakukan survei ini pada tahun 2018 silam, Tokyo berada dalam posisi pertama sementara Jakarta berada pada posisi ke tiga-puluh-tiga. Hal ini segera menggapai berbagai headline di tanah air dan disebarluaskan melalui sosial media. Page Facebook Fakta Unik Dunia contohnya, mempublikasikan gambar dengan caption besar bertajuk “Jakarta Geser Tokyo Sebagai Kota Terbesar di Dunia” yang mendapatkan 1.5 ribu likes dan 375 komentar.
Penelusuran Fakta
Faktanya, memang benar bahwa menurut World Urbanization Report 2025 Jakarta telah menggapai posisi pertama sebagai kota terbesar di dunia. Walaupun begitu, hal ini disebabkan bukan karena pertumbuhan penduduk kota Jakarta, melainkan lebih karena adanya perubahan metode survei yang dilakukan PBB. Sebelumnya, PBB mengukur besarnya suatu kota melalui jumlah penduduk kota itu sendiri.
Pada tahun ini, PBB tidak hanya menghitung jumlah penduduk suatu kota, tetapi juga apa yang disebut sebagai ‘kota satelit,’ yaitu kota kecil yang penduduknya banyak bergantung pada kota metropolitan terutama dalam segi ekonomi. Dalam konteks ini, PBB tidak hanya menghitung jumlah penduduk kota Jakarta, tetapi juga kota yang termasuk dalam orbit ekonomi Jakarta seperti Bekasi dan Depok, atau yang lebih sering dikenal sebagai Jabodetabek.
Jika PBB hanya menghitung jumlah penduduk kota Jakarta dan Tokyo saja, maka Tokyo dengan sekitar 14 juta jiwa masih mengalahkan Jakarta dengan sekitar 10 juta jiwa. Tetapi, jumlah penduduk Jabodetabek dengan 42 juta jiwa terhitung lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk kawasan metropolitan Tokyo dengan 38 juta jiwa. PBB sendiri menyatakan dalam laporan mereka bahwa perubahan metode survei ini dilakukan agar lebih akurat mengukur tingkat urbanisasi serta membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan transportasi umum.
Kesimpulan
Klaim bahwa Jakarta menjadi kota terbesar Indonesia memang benar adanya, tetapi konteks lebih lanjut dibutuhkan bahwa hal ini disebabkan oleh adanya perubahan metode survei PBB daripada pertumbuhan penduduk Jakarta. Klaim yang lebih tepat adalah Kawasan Jabodetabek telah menggeser Kawasan Metropolitan Tokyo sebagai area metropolis terbesar di dunia. Dengan demikian, dalam ukuran fact-meter, klaim ini termasuk kategori “Separuh Cahaya”, yaitu klaim yang sebagian besar benar, tetapi memiliki kekurangan konteks tambahan.